Judul : Sayat-Sayat Sunyi
Penulis :
S.Gegge Mappangewa
Penerbit :
Penerbit Indiva
Cetakan :
Cetakan I, Agustus 2018
Genre :
Roman Sastra
ISBN :
978-602-5701-05-04
Jumlah Hal :
344 hlm, 19 cm
Apa yang kau rasakan jika di hari pertama pernikahanmu
kau harus kehilangan pendamping hidupmu? Inilah kisah Tungke, gadis yang tak
memiliki siapa-siapa, hidup dalam sunyi dengan hati yang tersayat-sayat.
Kembali novel S. Gegge Mappangewa ini meyayat hati
dengan setting lokalitas Sulawesi Selatan. Dengan latar cerita yang di awali
masa 80-an di mana kehidupan masyarakat yang masih belum maju, alat-alat
elektronik yang biasanya hanya memiliki sebuah radio transistor, dan kehidupan
sedikit primitif dengan berbagai keyakinan adat.
Latar cerita adalah di Bola Limappulo, sepuluh
kilometer dari Billoka Kab Sidenreng Sulawesi Selatan. Menggambarkan keadaan
transmigran., seperti program pemerintah pada tahun 80-an untuk menggalakkan
program transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari pulau yang padat
penduduknya ke pulau yang jarang penduduknya. Meski pada kenyataanya para
transmigran itu aslinya masih penduduk sekitar, penduduk Bilokka, yang hanya
berjarak sekitar 10 kilometer dari Bola
Limapullo. Namun karena fasilitas yang diberikan seperti rumah panggung,
sepasang sapi dan sawah yang luas maka beberapa penduduk bersedia menjadi
transmigran dengan mengajak sleuruh anggota keluarganya.
Seperti biasa S.Gegge Mappangewa mendeskripsikan latar
cerita dengan segala musababnya dengan detail.
Saya diajak untuk menikmati dan membayangkan keadaan yang terjadi di
dalam cerita itu, memahami setiap benang merah yang disajikan dengan apik dan
seperti judulnya Sayat-Sayat Sunyi saya diseret untuk menikmati setiap luka yang
di rasakan Tungke, Suriani ataupun Hasnah yang semuanya terbelit oleh cinta
satu orang lelaki, Malik.
Di sini tokoh cerita utama adalah Tungke, gadis malang
yang sering disebut sebagai gadis patulo-tula
atau Gadis pembawa sial. Ayahnya yang meninggal sebelum dia lahir, kemudian
pada usia 10 tahun, ibunya juga meninggal dan kemudian dia di asuh oleh
tantenya. Namun setahun kemudian tantenyapun meninggal dunia. Seolah dunia
memang mengaminkan namanya, Tungke yang berarti tunggal.
Lalu di lain cerita ada keluarga Suriani, Sahabat
Tungke, yang memiliki kakak bernama Hasnah. Ada lagi lelaki yang bernama Malik
dan Ramang. Ramang dan Suriani saling jatuh cinta hingga kemudian keluarga
Ramang bermaksud melamar Suriani. Namun, justru ayah Suriani menghendaki Ramang
menikah dengan Hasnah. Itu semua di sebabkan Hasnah telah3 kali menolak lamaran
lelaki lain karena menunggu cinta Malik. Malik sendiri seorang penjual obat
yang berkelililing nusantara, namun sewaktu-waktu dia pulang ke kampong
halamanannya. Malik mencintai Tungke. Hasnah yang tidak mau menerima kenyataan
tersebut akhirnya gantung diri beberapa jam sebelum pelaksanaan pernikahannya
dengan Ramang. Sejak saat itu beruntun kesedihan selalu menghantui keluarga
Suriani ketika satu persatu ayah dna ibunya akhirnya meninggal karena tidak
mampu menanggung derita.
Melihat kenyataan itu Suriani bermaksud menjadikan
Malik menjadi suaminya, meski Tungke sepupu jauh Malik. Tungke tahu dengan
gelagat Suriani, membuat Tungke Cemburu bahkan ketika dia sudah menjadi istri sah
Malik. Sehari setelah pernikahan Malik dan Tungke, Malik menemui Suriani
sekitar satu jam. Tungke yang merasa cemburu ingin mengetahui apa yang mereka
perbincangkan, dan Malik hanya menjawab,”Tunggu saja kejutannya esok hari.”
Namun betapa luka-luka itu merajam hati Tungke ketika
pagi harinya Tungke tidak mendapatkan Malik di sisinya dan lebih menyakitkan
lagi ketika mengetahui Suriani juga menghilang dari Bola Limappulo. Apakah
mereka pergi berdua dan meninggalkan Tungke? Bisa kita bayangkan seorang perempuan
yang tidak memiliki siapa-siapa, ditinggalkan suaminya sehari setelah
pernikahannya, hamil, dan ditinggalkan warga Bola Limapullo yang kembali
Bilokka.
Selain kisah cinta Malik, Tungke, Suriani, Kisah
Sayat-Sayat Sunyi ini juga dibumbui dengan adanya La Geno, seorang yang
berprofesi seperti dukun, yang menyebarkan keyakinan-keyakinan tentang
menyalahi adat. Hal ini menyebabkan Bola Limappulo akhirnya ditinggalkan oleh
para transmigran dan mereka kembali ke Bilokka.
Akhir cerita akan kita ketahui bahwa kondisi primitif
warga Bola Limappulo yang tidak memiliki WC, kelihaian Malik menangkap Ular
Sanca yang dulu membuat Tungke semakin terpesona dan juga kepulangan Suriani
akan memberi jawaban akhir kisah cerita.
Dari awal cerita yang telah mengkisahkan kepedihan
hidup Tungke maka dengan konflik-konflik yang kemudian dimunculkan oleh penulis
hingga akhir cerita setiap untaian kalimat yang disajikan akan meyayat dan
membuat kita larut, pikiran kita sukses akan dibawa atau digiring ke dalam satu
pemahaman hingga akhirnya ending cerita tidak sesuai dengan apa yang telah
digiring penulis tersebut. Menggemaskan sekaligus ikut terluka dengan kenyataan
yang ada. Bagaimana akhir kisah Tungke, Suriani, Malik dan juga anak hasil
pernikahan Tungke dengan Malik? Susuri setiap jengkal kalimat yang diuraikan
dalam Sayat-Sayat Sunyi, maka akan Anda temukan jawabannya.
#Gegge #Sayat #Novel #Bagus
Comments
Post a Comment