Judul Buku :
Sabda Luka
Penulis :
S.Gegge Mappangewa
Penerbit :
Penerbit Indiva Media Kreasi
Cetakan :
Pertama, Februari 2018
Genre :
Novel sastra
ISBN :
978-602-6334-47-3
Halaman :
288 hal, 19 cm
Betapa senangnya bisa menyelesaikan tulisan penulis
besar, penulis ternama, penulis berprestasi S. Gegge Mapangewa. Sabda luka,
novel karya beliau ini sungguh-sungguh membuat luka saat membacanya.
Novel dengan latar cerita Sulawesi Selatan ini secara
umum berkisah tentang kasih seorang ibu, luka seorang wanita yang ditinggal
laki-laki yang dicintainya, kemudian luka ditinggal pergi selama-lamanya oleh
anaknya.
Sebenarnya sudah tidak diragukan lagi gaya penceritaan
ataupuan bagaimana penulis mengolah alur hingga tetap memikat dan rasa luka
yang ingin dia sampaikan lewat tulisannya terasa bagi pembaca. Novel yang ditulis dengan dua penceritaan di
dua tempat berbeda namun kemudian mempunyai hubungan erat dengan luka. Dua buah
cerita yang akhirnya memberikan kita pencerahan bahwa kasih ibu itu seepanjang
masa. Ibu tidak pernah membeda-bedakan anaknya putra-putrinya, selalu menerima
mereka bagaimanapun keadaanya.
Kisah Vito dan Vino, dua saudara kembar yang
dipisahkan karena perceraian orangtuanya. Ayahnya, Ilham, meninggalkan mereka
bahkan sejak masih dalam kandungan. Namun, ketika pernikahan Ilham dengan istri
barunya tidak membuahkan keturunan, akhirnya Vino dan Vito harus berpisah. Vino
tinggal bersama ayahnya, sedang Vito tinggal bersama ibunya dengan segala
kesederhanaanya. Namun mereka sama-sama memendam rindu untuk ibu mereka,
Halimah. Seperti Halimah yang selalu memendam rindu dan cinta yang tak pernah
aus bagi keduanya. “Vino untuk ayah, Vito untuk Ibu.” Itu slogan yang selalu
didengungkan Halimah untuk menghibur hatinya.
Di sisi lain cerita, keberanian S. Gegge Mapangawe
yang mengambil ide untuk menuliskan kisah percintaan calabai (Waria). Kamaruddin dan Tiara yang ternyata adalah sepasang
calabai, begitu rapi menyembunyikan status Tiara hingga kemudian kemudian
sebuah kejadian yang secara beruntun membuat status Tiara itu terungkap.
Kisah cinta Kamarudin dan Tiara dan juga Vito dan Vino
ini akhirnya akan memiliki benang merah. Yang pada akhirnya luka-luka menghujam
dan membuat hati semakin menganga.
Saya mengacungkan jempol untuk konflik-konflik yang
diangkat untuk menghidupkan novel ini. Semuanya disajikan secara elegan, tidak
ada yang berlebihan, bisa diterima oleh pembaca. No plot hole. Hal ini bisa kita jadikan acuan untuk mengamati
daerah kita sendiri, hal-hal sepele atau umum namun hanya terjadi di daerah
kita yang bisa kita angkat sebagai bahan cerita.
Selain iu membaca novel ini rasanya ingin mencaci maki
Ilham. Hati benar-benar dibuat campur aduk. Kisah ini serupa membuka kembali
memori masa remaja berganti secara teratur dengan kisah cinta dewasa yang
menyangkut orang tua, adat istiadat dan tentunya masyarakat di sekitarnya.
Namun, S. Gegge Mapangewa mampu meramu dua kisah beda usia itu dengan apik,
tidak menjemukan, dan justru sangat mengasyikkan untuk terus menikmatinya.
Menarik akhir kisah dari novel ini bahwa cinta itu adalah gerbang menuju
kebahagiaan ataupun luka. Kita tidak bisa memilih satu di antaranya. Dua-duanya
ada di dalamnya, tak dapat dipisahkan.
Comments
Post a Comment